“22 Miliar Demi Cat Sage dan Videotron: Rakyat Silakan Gigit Asap"
 |
Program 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo resmi digulirkan. Bukan dengan gebrakan pelayanan dasar, bukan pula dengan pembenahan infrastruktur rusak, melainkan dengan parade proyek estetik dan simbolik: cat warna sage untuk alun-alun, videotron raksasa untuk menyampaikan “keunggulan daerah”, serta lomba desain dari kalangan profesional. Luar biasa.
Anggaran 22 miliar rupiah pun mengalir dengan manis ke berbagai sektor—tentu saja bukan ke sektor jalan rusak, bukan pula untuk membenahi sanitasi desa atau mengentaskan kemiskinan. Rakyat kecil tampaknya harus mengerti: pembangunan itu bukan tentang perut lapar atau jembatan ambruk. Pembangunan adalah tentang wajah, tentang branding. Dan untuk itu, warna cat serta gapura monumental lebih penting daripada pupuk yang tak kunjung sampai ke tangan petani.
Sungguh program dengan sensitivitas sosial tingkat tinggi. Di saat warga masih sibuk bertanya kapan sumur mereka akan mengeluarkan air bersih lagi, pemerintah justru sibuk menetapkan warna cat alun-alun dan menertibkan pedagang kecil agar tidak merusak estetika kota. Rakyat pun diminta maklum, karena perjuangan menjadikan alun-alun sebagai pusat seniman dan pecinta binatang ternyata jauh lebih penting daripada memperbaiki saluran irigasi pertanian.
Tak lupa, demi menjaga identitas lokal, ASN akan menggunakan peci dua hari dalam seminggu. Ini tentu bentuk transformasi yang luar biasa. Ketika rakyat lapar, setidaknya mereka bisa kenyang menatap simbol-simbol budaya. Lagi pula, siapa butuh sembako jika ada perda inisiatif dan sayembara desain?
Program 100 hari ini memang bukan untuk menyelesaikan masalah rakyat. Ia hadir untuk menyapa kamera, menyenangkan estetika birokrasi, dan tentu saja—menghabiskan anggaran dengan gaya. Maka, mari kita berikan tepuk tangan paling meriah. Rakyat boleh tetap miskin, tapi yang penting, videotron alun-alun menyala dengan gemerlap!
Post a Comment