RPJMD Seharusnya Bagaimana? Ini Solusi Nyata untuk Pemkab Probolinggo
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) bukan sekadar kumpulan jargon dan angka target, tapi dokumen strategis yang menentukan arah kebijakan lima tahun ke depan. Bila salah merumuskan, maka pembangunan akan salah arah, APBD hanya jadi bancakan proyek, dan rakyat tetap tinggal di jalan rusak, sekolah bocor, atau sawah kekeringan.
Berikut ini adalah gambaran seperti apa RPJMD yang seharusnya, disertai solusi konkret yang bisa dilakukan Pemkab Probolinggo agar RPJMD benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat:
1. RPJMD Harus Berdasarkan Diagnosa Masalah Riil Daerah
Yang seharusnya terjadi:
RPJMD dimulai dengan pemetaan masalah berbasis data dan aspirasi rakyat. Misalnya:
- Jalan rusak kronis di wilayah selatan (Krucil, Tiris, Kuripan)
- Defisit air bersih di 21 kecamatan
- Kesenjangan pelayanan pendidikan dan kesehatan antara kota dan desa
- Petani kesulitan pupuk & pemasaran
- Anak muda menganggur karena pelatihan tidak sesuai kebutuhan pasar
Solusi:
- Bentuk Tim Diagnosa Daerah berbasis data BPS, Bappeda, dan hasil reses DPRD
- Gunakan Musrenbang yang benar-benar menyerap suara rakyat, bukan sekadar formalitas
- Sertakan peta masalah dalam RPJMD sebagai dasar perumusan program prioritas
2. RPJMD Harus Punya Prioritas Jelas & Terukur Per Tahun
Yang seharusnya terjadi:
Setiap misi RPJMD harus punya:
- Target tahunan yang terukur (bukan hanya 2029)
- Program prioritas dengan peta wilayah sasaran
- Alokasi anggaran per program
Solusi:
Contoh konkret di Probolinggo:
- Infrastruktur: Fokus rehabilitasi 200 km jalan per tahun, dimulai dari daerah dengan akses ekonomi tertinggal
- Air bersih: Target 10 desa baru per tahun mendapatkan sambungan air
- Petani: Bentuk BUMDes Bersama Pemasaran dan subsidi pupuk tepat sasaran berbasis data e-RDKK
- 3. RPJMD Harus Didanai dengan Realistis & Transparan
Yang seharusnya terjadi:
RPJMD disusun dengan dasar pendapatan dan belanja yang masuk akal, bukan mimpi.
Solusi:
- Gunakan rata-rata realisasi PAD 3 tahun terakhir sebagai patokan, bukan target asal naik
- Susun proyeksi Silpa minimal Rp50–100 M per tahun sebagai buffer likuiditas
- Anggarkan 30% belanja wajib, 40% untuk prioritas publik, dan batasi belanja birokrasi
- Bangun kolaborasi pendanaan: APBD Provinsi, dana desa, CSR, swasta, dan BUMN
4. RPJMD Harus Mengutamakan Inklusi dan Daya Dukung Lingkungan
Yang seharusnya terjadi:
Tidak cukup hanya “menyebut perempuan, disabilitas, dan lingkungan”. Harus ada program dan indikator afirmatif.
Solusi:
- Setiap OPD wajib punya program afirmatif: pelatihan kerja untuk difabel, UMKM perempuan, beasiswa miskin
- Integrasikan RPJMD dengan RTRW dan KLHS secara teknis, bukan sekadar narasi
- Cegah pembangunan yang merusak kawasan sempadan, sawah abadi, dan daerah resapan
- Susun strategi adaptasi iklim: tanggul longsor, sumur resapan, konservasi hutan, dan kebun rakyat
5. RPJMD Harus Disusun Secara Terbuka dan Partisipatif
Yang seharusnya terjadi:
RPJMD adalah milik rakyat, bukan milik tim kecil elite di balik meja Bappeda dan konsultan Jakarta.
Solusi:
- Lakukan forum publik daring dan luring (bukan sekadar Musrenbang) di setiap kecamatan
- Libatkan kelompok muda, petani, guru, nelayan, pedagang, dan disabilitas dalam perumusan
- Publikasikan dokumen dalam bahasa sederhana agar bisa dipahami rakyat, bukan cuma pejabat
Rekomendasi Prioritas Probolinggo 2025–2029 Berdasarkan Aspirasi dan Realita
Bidang | Program Prioritas |
Infrastruktur | Rehabilitasi 1000 km jalan desa/kabupaten; irigasi mikro; dermaga nelayan |
Pendidikan | Beasiswa miskin dan difabel; revitalisasi MI dan MTs swasta; insentif guru honorer |
Ekonomi Rakyat | Subsidi pupuk tepat sasaran; koperasi petani; BUMDes logistik |
Pemuda & Digital | Inkubator UMKM digital per kecamatan; pelatihan kerja berbasis pasar |
Kesehatan | Ambulans desa, puskesmas rawat inap 24 jam, skrining stunting & gizi balita |
Air & Lingkungan | SPAM air bersih berbasis sumber lokal; pengelolaan sampah desa; hutan rakyat terpadu |
Reformasi Birokrasi | Pelayanan publik 1 pintu per kecamatan; digitalisasi pelayanan dan pemangkasan OPD |
: “Jangan Sampai RPJMD Sekadar Panggung Lima Tahun Sekali”
RPJMD adalah kompas arah pembangunan. Kalau kompasnya bengkok, seluruh perjalanan akan tersesat.
Pemkab Probolinggo harus berani keluar dari pola lama: copy-paste, asal target, dan bagi-bagi proyek. Sudah saatnya menyusun RPJMD dari rakyat, untuk rakyat, dan bersama rakyat – bukan hanya untuk menyenangkan elite dan mengisi laporan ke pusat.
Jika RPJMD 2025–2029 tidak segera direvisi secara substansial, maka lima tahun ke depan hanya akan jadi pengulangan nasib: rakyat menanti, pemda menyusun, dan janji kembali dilupakan.
Salam dari desa – di mana jalan masih berlubang, air masih dibeli galonan, dan sekolah masih menumpang.
Alfakir – Bukan Ajudan
Rakyat Probolinggo yang tidak minta banyak: cukup pembangunan yang masuk akal dan berpihak.
Comments
Post a Comment