Oleh: Alfakirbukanajudan
Beberapa bulan telah berlalu sejak pasangan Gus Haris dan Ra Fahmi resmi menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Probolinggo. Terpilih dengan suara mayoritas, mereka didapuk sebagai simbol perubahan—pengusung harapan baru yang berjanji memutus politik dinasti dan lebih dekat pada rakyat. Namun sayang, janji tinggal janji, rakyat yang dulu bersorak kini mulai bertanya: Di mana perubahan itu?
Alih-alih menyentuh persoalan mendasar rakyat, kebijakan dan aktivitas pemerintahan hari ini lebih sering dipertontonkan sebagai panggung pencitraan. Mulai dari safari ngantor ke kecamatan yang tidak lebih dari sesi foto dan potong pita, hingga program-program yang hanya bersinar di media sosial tapi tak terasa dampaknya di sawah, pasar, atau meja makan rakyat kecil.
Kehidupan petani masih dikepung mahalnya pupuk dan rendahnya harga panen. Pedagang pasar mengeluh sepinya pembeli. UMKM tidak mendapatkan pelatihan maupun insentif berarti. Tapi di sisi lain, anggaran dihabiskan untuk mempercantik alun-alun kota dan membangun gapura mewah dengan embel-embel estetika, seolah-olah wajah kota lebih penting daripada perut rakyat.
Yang lebih menyakitkan, setiap kegiatan selalu diliput dengan sudut kamera terbaik. Narasi-narasi manis dibangun, bukan untuk membangun masyarakat, tetapi untuk membungkus kekuasaan dengan aura kebajikan palsu. Citra dibesarkan, realitas diabaikan.
Apakah ini pemimpin rakyat atau hanya bintang sinetron politik?
Probolinggo tidak butuh pemimpin yang jago merangkai kata di panggung atau menari dalam acara seremoni. Probolinggo butuh pemimpin yang turun ke desa tidak hanya untuk tanam bibit sebagai simbol, tetapi untuk menjamin ketersediaan pupuk, air, dan harga jual hasil panen. Rakyat tidak butuh spanduk bergambar pemimpin mereka. Rakyat butuh kehadiran nyata, keberpihakan konkret, dan keberanian mengambil keputusan demi kepentingan akar rumput.
Jika kepemimpinan ini hanya diisi dengan parade agenda yang tidak menyentuh esensi penderitaan rakyat, maka lima tahun ke depan bukanlah masa kemajuan, melainkan masa pembusukan harapan.
Dan kepada mereka yang kini duduk di kursi kekuasaan—ingatlah, kekuasaan yang dibangun di atas pencitraan tanpa substansi, cepat atau lambat akan runtuh di tengah ketidakpercayaan.
No comments:
Post a Comment