Friday, April 25, 2025

Bayang Gelap RPJMD: Janji Pembangunan yang Membisu di Probolinggo



Bayang Gelap RPJMD: Janji Pembangunan yang Membisu di Probolinggo

Oleh: Alfakir Bukan Ajudan


Di tengah gemerlap janji pembangunan yang tertuang dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), Kabupaten Probolinggo menghadapi kenyataan yang kontras. Gedung-gedung pemerintah berdiri megah, namun hampa dari makna. Di balik dindingnya, tersusun rapi program-program ambisius yang jarang menyentuh kehidupan rakyat secara nyata.


Pasar tradisional di kota ini masih menjerit dalam diam—jalan berlubang, fasilitas rusak, dan wajah-wajah lelah para pedagang menjadi pemandangan sehari-hari. Sementara itu, proyek-proyek yang digadang-gadang sebagai simbol kemajuan justru terbengkalai, menyisakan kerangka beton kosong yang seolah menjadi monumen kegagalan kebijakan.


Lebih menyakitkan lagi, ruang-ruang rapat pemerintahan kini lebih sering kosong dari kehadiran dan tanggung jawab. Transparansi dan akuntabilitas hanya tinggal jargon, tak pernah benar-benar hadir di tengah proses pembangunan.


Ketika masyarakat akhirnya bersuara lewat demonstrasi, mereka tak hanya menuntut keadilan. Mereka menagih janji. Janji yang tertulis jelas dalam RPJMD, namun tak pernah benar-benar diwujudkan dalam kebijakan nyata. Protes mereka bukan sekadar ekspresi kemarahan, tapi refleksi dari sebuah kegagalan sistemik.


RPJMD seharusnya bukan hanya dokumen formal. Ia adalah komitmen moral dan politik kepada rakyat. Sayangnya, yang terjadi di Probolinggo justru memperlihatkan bagaimana dokumen ini bisa berubah menjadi alat kosmetik politik, sementara realitas sosial terus terabaikan.


Kabupaten Probolinggo butuh lebih dari sekadar rencana. Ia butuh keberanian untuk mengevaluasi, membenahi, dan menghidupkan kembali makna dari setiap janji yang telah dilontarkan. Karena jika tidak, RPJMD hanya akan menjadi bayang gelap—dan rakyat akan terus tertinggal dalam kegelapan itu.

 



No comments:

Post a Comment